Para Pakar Bahas Masa Depan Bojonegoro

Para pakar dari lintas daerah yang juga merupakan tokoh-tokoh kelahiran Bojonegoro Jawa Timur hari ini (27/09/2022) menggelar rembuk Bojonegoro membahas masa depan Bojonegoro.

Bojonegoro dinilai memiliki masa depan cerah kedepannya, dengan berbagai potensi daerah meskipun juga memiliki tantangan yang tidak mudah.

Hal ini sebagaiman terurai dalam acara Rembuk Bojonegoro bertema “Bojonegoro Masa Depan, Realitas dan Harapan” oleh KSK (Kajian Sor Keres), Selasa, 27 September 2022 di Hotel Aston Bojonegoro.

Acara dimulai dengan pengantar dari moderator Abdus Syafiq dan Nur faqih. Dengan memperkenalkan para nara sumber yang hadir diantaranya: Prof. Dr. M Syamsul Huda, M.Fil.I, ( UIN Surabaya), Dr. Teguh Haryono, ST, MBA, IPU ASEAN Eng, ACPE, (Staf Khusus Menteri Pertahanan RI), Prof. Dr. Muslih (UIN Yogyakarta), Prof. Widodo, Ssi PhD, Med.Se, (Rektor Universitas Brawijaya), Dr. Ir. Jupriyanto, ST, MT, CIQaR, IPU, ASEAN Eng, (Dosen Universitas Pertahanan), Ismail Fahmi, Ph.D (founder Drone Emprit Academic), dan Dr. Muhammad Imam Nasrudin (Pruri).

Universitas Berkelas Internasional

Berkesempatan sebagai Nara sumber pertama Prof. Dr. M Syamsul Huda, M.Fil.I, dari UIN Surabaya. Guru besar yang lahir di Desa Sukorejo, Kecamatan Kota, secara singkat memaparkan, sesuai data yang diperoleh bahwa Bojonegoro ini merupakan salah satu kabupaten yang memiliki, Pendapatan Asli Daerah (PAD) cukup besar, namun belum seimbang dengan tingkat Sumber Daya Manusia (SDM). Bahkan sangat ironi, sebab dengan APBD senilai 7,03 triliun, data kemiskinan masih mencapai 13 persen.

Ia menyarankan melalui APBD besar ini bagaimana Bojonegoro memiliki pendidikan tinggi yang berstandar internasional.

Harus dimulai, jika tidak akan memunculkan persoalan kedepan.

Ada 4 jembatan untuk Bojonegoro masa depan; start up and incubator, UCE (University Community engegment, digital skill and Creativity center, dan service Learning program. Ujarnya mengakhiri paparan singkat.

Menyambung pembicaraan Dr. Teguh Haryono, putra kelahiran Sidorejo Kecamatan Kedungadem, menyebut betapa pentingnya membangun Image tentang Bojonegoro, karena terkadang cerita itu lebih penting dari realita, sambil memberikan contoh beberapa geopark diluar negeri. Dan Bojonegoro punya geopark yang tinggal satu langkah lagi dapat mendunia.

Ia juga menekankan pentingnya memanfaatkan kekayaan alam sebagai sumber pendapatan daerah, agar generasi penerus tidak mengalami keterpurukan. Perlu komunikasi dan kolaborasi antar elemen masyarakat hingga dapat mendorong dan mampu mempengaruhi kebijakan.

” Penghasilan minyak bukan suatu yang abadi, suatu saat akan menurun, bagaimana kondisi kabupaten Bojonegoro ini juga tidak mengalami penurunan lagi. Maka pembangunan SDM adalah keharusan mutlak.

Pembicara ketiga Prof Muslih, putra Asli Balen Bojonegoro, yang juga salah satu pendiri UII Yogyakarta, PT Islam pertama di Indonesia menyatakan, siapapun penguasanya Bojonegoro harus dibagun dengan tiga landasan; filisofis, yuridis, dan etis, agar dapat mewujudkan harmoni. Arti lain memanusiakan manusia, mengenal “sangkan parane dumadi.”

Pembicara keempat, Rektor Universitas Brawijaya, Prof Widodo yang lahir di desa Ngadilyhur Kecamatan Balen itu, mengungkapkan bahwa kehadirannya pada kegiatan ini juga mengajak dua dosen yang juga asli Bojonegoro.

“Dengan APBD yang begitu besar dan jumlah SiLPA juga banyak, kita sepakat berfikir untuk memprioritaskan peningkatan dan pengembangan SDM. Dan infrastruktur menurut saya juga sudah cukup bagus di Bojonegoro,” ungkapnya.

Pemuda Melek Internet

Demografi di Bojonegoro dari kalkulasi, nampak bahwa anak atau pemuda jumlahnya lebih sedikit dibanding orang tua.

“Sehingga anak-anak muda nantinya akan menyangga beban, terlebih kehidupan orang tua itu lebih lama. Tetapi yang menggembirakan yakni anak-anak ini adalah generasi Z dan generasi millenial yang sudah terbiasa menggunakan elektronik,” paparnya.

“Data dari BPS, 70% masyarakat di Bojonegoro ini merupakan pengguna hand phone (telepon genggam) dan 53% sudah terbiasa menggunakan internet. Sayangnya mereka mengakses internet hanya untuk hiburan, sehingga dengan begitu dari segi edukasi itu sangat kurang.

Ia menambahkan, minyak yang dihasilkan dari bumi Bojonegoro merupakan anugerah dari Tuhan, dan suatu saat akan habis. Diharapkan uang yang bersumber dari minyak dapat digunakan untuk mendorong proses pembangunan SDM sebab itu sangat penting.

Berikutnya yakni Dr. Ir. Jupriyanto pria asal Desa Bonorejo, Kecamatan Ngasem yang saat ini menjadi dosen Universitas Pertahanan, mengapresiasi atas terselenggaranya kegiatan Rembug Bojonegoro yang digagas komunitas KSK.

“Terima kasih telah mengundang kami, dan mengajak untuk berfikir tentang masa depan Bojonegoro.

Mengawali paparannya, bahwa sumber penghasilan terbesar yang diperoleh Kabupaten Bojonegoro untuk saat ini yakni berasal dari oil and gas (baca: minyak dan gas bumi). Dan kekayaan alam seperti itu tidak akan bertahan lama, “ya kira-kira 20 sampai 30 tahun lagi akan habis”.

“Jangan sampai nanti kalau penghasilan dari sektor migas anjlok, dan bumi mengalami kerusakan, namun SDM kita masih tetap, tidak ada perkembangan. Industri yang diperlukan tak hanya biaya, namun juga hilirisasi, seperti halnya dalam dunia pendidikan juga sangat diperlukan kebutuhan hilirnya.

“Oleh karenanya, anggaran itu penting, tapi juga butuh membangun sebuah sistem yang benar-benar bermanfaat bagi keberlangsungan dari sebuah industrialisasi itu sendiri,” terang Jupriyanto.

Berikutnya Ismail Fahmi, Ph.D putra asli kelahiran Desa Kenep, Kecamatan Balen ini menjelaskan tentang menyongsong masa depan Bojonegoro, dengan mempersiapkan strategi smart village.

“Jadi Bojonegoro masa depan, realita dan harapan bagi saya adalah smart village. Menjadikan pusat kunjungan itu ke desa-desa, buka di kota. Dikarenakan, secara kelas Bojonegoro itu tidak hanya dibandingkan dengan kabupaten lain, namun sudah saatnya dibandingkan dengan negara lain.

Sebagai pembicara terahir, Dr. Muhammad Imam Nasirudin (Pruri) menyampaikan secara Virtual ditengah kedibukannya dari Jerman. Bahwa Bojonegoro dengan APBD besar ini perlu kekuatan masyarakat “people power” untuk menentukan arah kebijakan, tidak peduli siapapun pemimpinnya, jka masyarakat kuat, maja ia harus tunduk pada keinginan rakyat, bukan sebaliknya rakyat tak berdaya dan tunduk pada penguasa.

Muhamamd Imam menambahkan, apa yang dilakukan KSK bisa menjadi diaspora, yang nanti harus masuk pada simpul sebelum lahir kebijakan publik. Harus, agar kekayaan Bojonegoro bermanfaat bagi rakyat Bojonegoro.

Dry Subagio selalu Ketua KSK dalam sambutannya, menyampaikan pentingnya kegiatan rembug tersbut, termasuk kendala mundurnya acara.

Dry Subagio menambahkan, niat awal berdirinya KSK tidak lain adalah sebagai perkumpulan yang inten melakukan kajian dan analis, untuk kemudian memberikan kontribusi positif, khususnya terhadap lahirnya kebijakan yang menyangkut kepentingan public. Wadah bagi semua, maka insya Allah tetap mampu bertahan ditengah gempuran.

Hadir dalam pembukaan Wakil Bupati Bojonegoro Budi Irawanto, sangat apresiatif dan berharap KSK menjadi people power, yang mampu berkolaborasi dengan berbagai elemen masyarakat untuk memikirkan arah Bojonegoro masa depan lebih baik.

Pengumuman Lomba Essai

Dalam kegiatan tersebut panitia juga mengumukan dan sekaligus penyerahan penghargaan bagi pemenang lomba penulisan Esay dengan tema “Andai Aku Jadi Bupati Bojonegoro” bagi siswa dan Mahasiswa yang dibacakan Sholehah Yuliati, mewakili kedua juri lainnya, Abdus Syafiq dan M. Yazid Mar’i.

Pemenag lomba esay masing-masing diraih oleh Alfico Ihsanur HK juara 1 dengan total nilai 87 dari MANA 1 Bojonegoro, Nava Rahmadiyanti juara 2 total nilai 85 dari SMAN 1 Bojonegoro dan juara 3 Meliy Nanda Purnama dari MA Al Munawar Dander.

Penulis : M.Yazid Mar’i