Oleh : Rami Musrady Zaini
“Telah kusempurnakan kejadiannya (Adam), dan Kutiupkan ke dalamnya ruh-Ku. Maka tunduklah kepadanya kamu dengan bersujud.”
Quran 15:29
ORANG-Orang Sufi percaya dan meyakini bahwa manusia memiliki tujuh dimensi ruh dalam keseluruhan jiwa. Masing-masing dimensi jiwa itu memiliki tingkat evolusi yang berbeda.
Syekh Ragip al-Jerrahi dalam bukunya psikologi sufi menerangkan evolusi dan perkembangan ruh ini bersifat seimbang. Penajaman spritual manusia bukanlah satu-satunya yang lebih tinggi dalam pengembangan ruh, sebab tiap ruh memiliki potensi yang sama berharga.
Dalam sufisme, perkembangan spritual sejati berarti perkembangan seluruh individu secara seimbang, termasuk tubuh, akal, dan ruh.
Tujuh tingkatan ruh dalam konsep sufi itu adalah:
Ruh Mineral
Ruh mineral, ruh maddani terletak di dalam sistem kerangka. Di dalam diagram tujuh aspek ruh, ruh mineral berbatasan dengan ruh maharasia, wadah percikan ilahi yang suci di dalam diri masing-masing kita. Dunia mineral sangatlah dekat dengan Tuhan. Ia tidak pernah memberontak kedapa kehendak-Nya.
Ruh Nabati
Ruh Tumbuhan, ruh nabati terletak di dalam jantung (dalam artian fisik) dan terkait dengan sistem pencernaan. Ia mengatur pertumbuhan dan asimilasi dari bahan-bahan makanan, fungsi yang kita bagi dengan tanaman.
Ini adalah fungsi yang baru, dalam konteks evolusioner, sebab dunia mineral tidak memiliki kebutuhan akan makanan. Dengan kata lain, terdapat ruh di dalam tubuh kita yang serupa dengan ruh yang diberikan oleh Tuhan kepada tumbuhan.
Ketika kita berada di dalam rahim, kita sepenuhnya berfungsi sebagai ruh tumbuhan (nabati). Kita dihubungkan pada rahim ibu kita dengan tali pusat, yang berfungsi sebagai penyalur makanan. Pada posisi ini, fungsi kita pada hakikatnya serupa dengan fungsi tumbuhan.
Ruh Hewani
Ruh hewani, ruh hayawani terletak di dalam jantung dan berhubungan dengan sistem peredaran darah. Ruh hewani kita mencakup rasa takut, amarah, dan hasrat. Seluruh makhluk cenderung untuk mendekati apa pun yang mendatangkan hasil (hasrat) dan bergerak menjauh dari (rasa takut) atau menolak (amarah) apa pun yang menyakitkan.
Ruh hewani adalah sumber luar biasa bagi motivasi, kekuatan untuk bertindak, dan juga mencakup potensi untuk melakukan hal-hal yang luar biasa.
Ruh Pribadi
Ruh pribadi, ruh nafsani terletak pada otak dan terkait dengan sistem saraf. Jika perkembangan jantung dan sistem peredaran darah membedakan hewan dari tumbuhan, maka perkembangan saraf yang kompleks membedakan manusia dari hewan.
Kecerdasan ruh pribadi membuat kita mampu memahami lingkungan kita yang jauh lebih dalam daripada kemampuan yang dimiliki oleh ruh mineral, tumbuhan, dan hewani.
Ruh pribadi juga adalah tempat ego. Kita memiliki ego positif dan ego negatif. Ego positif mengatur kecerdasan kita dan memberikan kepekaan terhadap diri kita sendiri. Ia dapat berupa tekanan untuk menghargai diri kita sendiri, bertanggung jawab, dan integritas. Sedang ego negatif adalah tekanan untuk bersikap egois, angkuh, dan merasa terpisah dari manusia lainnya dan Tuhan.
Ego positif adalah teman yang baik di jalan spritual. Ia dapat memberikan ketentraman batin pada saat guncangan-guncangan tak terhindarkan muncul selama kita berada di jalan spritual. Ego negatif adalah musuh. Ia merusak pandangan kita dan mencemari hubungan kita dengan dunia.
Ruh Insani
Ruh insani, terletak di dalam qalb, yakni hati spritual. Ruh insani lebih baik dari pada ruh pribadi. Ia adalah wadah dari belas kasih, keimanan, dan kreativitas. Di satu sisi, ruh insani mencakup ruh rahasia dan ruh maharahasia. Ia wadah dari nilai-nilai dan pengalaman-pengalaman spirtual kita.
Ruh Rahasia
Ruh rahasia adalah bagian dari diri kita yang mengingat Tuhan. Ruh rahasia, atau kesadaran batiniah, terletak di dalam hati (jantung batiniah). Ruh inilah yang mengetahui dari mana ia datang dan kemana ia pergi.
Seorang guru sufi menulis, “tubuh sepenuhnya dalam kegelapan, lampunya adalah kesadaran batiniah. Jika seseorang tidak memiliki kesadaran batiniah, maka orang tersebut berada di dalam kegelapan selamanya.”
Sebelum ruh-ruh kita berubah wujud, Tuhan berkata kepada mereka; “Apakah Aku Tuhanmu?” dan mereka menjawab, “Sungguh benar.”
Yang memberi respons tersebut adalah ruh rahasia. Ruh rahasia mengetahui siapa dirinya sebelumnya, dan ia kini masih mengetahuinya. Selama berabad-abad ruh rahasia hidup sangat dekat dengan Tuhan, bermandikan cahaya dari hadirat-Nya. Hanya pada inkarnasi ke alam material inilah kita kehilangan rasa keterikatan.
Ruh Maharahasia
Ruh Maharahasia, Siirr al-Asrar (rahasianya rahasia) mencakup sesuatu yang benar-benar transendental, melampaui ruang dan waktu. Ini adalah jiwa azali (ruh) yang ditiupkan oleh Tuhan ke dalam diri Adam-dalam diri manusia.
Ia adalah inti kita, ruh dari sang ruh. Ia adalah percikan ilahi yang suci dalam diri kita.
Itulah tujuh tingkatan ruh dalam konsep sufisme. Jalaluddin Rumi seorang penyair sufi menyederhanakan konsep itu kedalam syairnya:
Aku mati sebagai mineral dan menjelma tumbuhan
Aku mati sebagai tumbuhan dan terlahir binatang
Aku mati sebagai binatang dan kini menjadi manusia.
Suatu hari nanti, aku akan mati sebagai manusia,
dan melambung bersama malaikat
Bahkan setelah menjelma malaikaat, aku harus mati lagi
Apabila telah kukorbankan jiwa malaikat ini,
Aku akan menjelma sesuatu yang tak terpahami.